Tuesday, February 23, 2016

Hilangnya Maryam


Maryam Hilang!


Kamarnya sangat berantakan, semua bajunya berserak di lantai dan kasur. Bunda panik saat melihat Maryam tidak ada di rumah. Beberapa barang berharganya dan baju jaketnya tidak ada di lemarinya. Berarti Maryam pergi dari rumah! Kemana dia pergi? Tidak ada tanda-tanda dia ingin kabur.

Bunda terus saja menangis tiada henti, memikirkan Maryam yang hilang dari rumah. Repot juga, padahal Maryam sudah bukan anak kecil lagi. Tetapi bunda memintaku untuk mencari Maryam. Kemana aku harus mencarinya? Tidak ada satu pun petunjuk yang dia tinggalkan.


Aku menelepon semua teman dekatnya, mereka pun tidak mengetahui bahwa Maryam akan menghilang. Aku berpikir ulang, tingkah lakunya biasa saja, meskipun terkadang dia suka melamun entah apa yang ada dibenaknya.

“Buku,” pekikku dan membuat bunda yang hanya meratapin foto Maryam melihatku dengan berkaca-kaca.

Aku langsung masuk ke dalam kamar Maryam, bunda telah merapikan baju yang berserak di lantai dan di tempat tidur. Mataku menelusurin setiap ruangan yang ada di dalam kamar Maryam. Ini dia yang kucari, buku note yang berwarna ungu muda dengan gambar kartun wanita cantik.

Aku membaca tiap lembar mulai dari halaman belakang. Semuanya berhubungan dengan rasa bosan dan ingin melarikan diri, bermain dengan ombak dan pantai yang terhubung dengan samudra.

“Dimana itu Maryam?” batinku saat membaca sekilas tulisan-tulisan yang ditulisnya dalam buku harian.

***

Kenangan tiga hari sebelum Maryam Hilang

Maryam memandang televisi dan melihat laut yang biru saat film mengenai surfing di putar di salah satu siaran film khusus box office. Maryam pernah mengumam bahwa dia ingin sekali melihat pantai yang luas, ombak yang tinggi dan banyak orang yang surfing.

“Aku belum pernah ke Bali, kapan kita ke Bali?” tanya Maryam.

“Setelah aku mendapatkan libur kita ke Bali,” jawabku singkat.

“Terlalu lama,” ujarnya lirih.

Maryam tahu bahwa pekerjaanku sebagai jurnalis tidak memungkinkanku bisa libur dengan mudah. Waktuku jarang di rumah, karena sibuk bekerja, mengejar berita yang tiada habisnya.

***


“Iya, Maryam pasti ke sana. Bali!” pekikku riang.

Segera aku mengemas beberapa barang keperluanku untuk mencari Maryam. Gadis ini sudah membuat heboh seluruh lingkungan rumah dan kampusnya. Entah, dari mana keberanian gadis ini muncul untuk pergi ke Bali seorang diri. Padahal, jangankan pergi keluar kota, pergi ke dalam kota saja dengan jarak jauh, pasti selalu bersamaku atau dengan teman-temannya.

“Apa yang kamu pikirkan Maryam, kenapa kamu harus menghilang tanpa jejak! Mudahan kakak mu ini bisa menemukanmu,” batinku harap-harap cemas, saat pramugari mengumumkan bahwa pesawat yang kami tumpangin akan mendarat di bandara Bali.

Dengan taksi aku meluncur ke kuta. Ini adalah langkah pertamaku menginjak paradise Indonesia yang tersohor di manca negara. Aku kesini bukan untuk berlibur bahkan aku juga tidak pernah memimpikan menginjak Bali.

Kemana aku harus menelurusin jejakmu. Pantai Kuta ternyata cukup luas juga, aku melihat diantara kerumunan manusia yang sedang berbaring berjemur dibawah terik matahari. Bahkan segerombolan remaja, aku datangin dan berharap Maryam bersama mereka.

Rupanya sia-sia, aku lelah. Karena kurang tidur dan panasnya pantai membuat kepalaku pening. Aku harus beristirahat, mengumpulkan energi untuk menemukan Maryam. Ini high season, apakah aku bisa mendapatkan kamar dengan harga terjangkau? Tidak mungkin di Kuta aku harus keluar masuk hotel untuk menanyakan harga dan kesediaan kamar. Selain aku tidak punya waktu untuk itu, aku juga tidak memiliki tenaga.

Aku langsung membuka ponsel pintarku. Aku pernah mendapatkan informasi mengenai situs yang menyediakan jasa layanan penginapan yang harganya bisa di negosiasikan. Aku membuka situs Travelio. Aku  langsung masuk ke dalam kolom register alias daftar dulu.



Hal itu karena aku masih belum punya akun di Travelio, jadi aku harus bergabung terlebih dahulu. Cukup mudah dan tidak banyak menyita waktu. aku cukup mengetikan nama lengkapku, email, password, no telepon. Mudah dan aku sudah terdaftar menjadi pengguna Travelio. Sebenarnya kalau memiliki ponsel pintar bisa mendownload program khusus untuk aplikasi Travelio disini tetapi aku tidak memiliki waktu, namun aplikasi pada website melalui ponsel juga sangat mudah dan praktis, sama seperti websitenya.

Aku pikir ini lebih mudah dengan 4 tahapan saja, daripada aku harus mencari hotel satu per satu, akan membuang waktu dan tenaga.

1. Mari Memilih
aku tinggal memasukan lokasi tujuanku dan tanggal aku menginap dan hotel bintang berapa yang aku inginkan.



2. Tawar Harganya Yuk
Tahap kedua aku tinggal klik tawar searang di hotel yang aku mau. lalu, aku tinggal masukan nominal harga yang kuinginkan. cukup mudah

 

3. Siap Diproses
Harga yang kumasukan itu diterima atau tidak? Lihat LANGSUNG Hasilnya! Jika diterima, siap lanjut ke proses pembayaran dan voucer hotel akan segera masuk ke dalam emailku.



4. Selamat Berlibur
Yipi, selamat bermalam di hotel tempat aku memilih dan yang aku inginkan.

 

Untuk CS juga sangat mudah dan efesien karena bisa melalui ponsel, email, whatsapp dan BBM. Praktis banget. Akhirnya, aku dapatkan juga hotel yang sesuai budged dan aku segera pergi ke tempat penginapan itu.

Kontak Customer Service
Sistem Pencarian Hotel



 Aku harus tidur, setidaknya memejamkan mata sejak 15 menit. Melepas lelah dan penat. Aku tidur dengan sangat nyaman. Aku terbangun karena alarmku berbunyi. Segera ku basuh wajah dan melanjutkan pencarian Maryamku yang hilang.

Aku kembali menelurusin pantai Kuta, matahari hampir tengelam satu jam lagi. Semakin matahari ingin menghilang, semakin banyak manusia tumpah ruah di pantai Kuta. Aku hampir kehilangan harapanku untuk menemukan Maryam.

Saat sinar matahari memantulkan bayangannya pada permukaan laut. Aku melihat gadis bermain ombak sendirian, sambil menatap ke arah matahari. Aku yakin sepenuh hati, itu adalah Maryamku. Aku segera berlari ke arahnya dan memegang bahunya. Saat gadis itu berbalik, rupanya bukan gadis yang kucari selama ini.

“Maaf,” ujarku lirih, “Aku pikir kamu orang yang aku kenal.”

Gadis itu tersenyum, “No Problem.”

“Kemana kamu Maryam. Aku sudah di Bali, apakah kamu memang ke Bali? Apakah pilihanku tidak salah?” batinku mulai meragukan instingku.

Aku keluar dari aliran ombak yang bergelombang tiada henti, tiap riakannya bisa menghayutkan tubuhku yang mungil ini. Banyak peselancar yang bermain dengan ombak di bawah langit yang hampir berubah warna jingga. Bajuku sudah basah kuyup karena aku pikir gadis itu adalah Maryamku.

Saat aku berbalik, aku melihat sesosok yang sangat familiar, dia duduk terpaku, memandang luasnya lautan yang berangsur-anggsur berubah warna. Dia adalah Maryamku. Duduk termenung dengan wajah tersenyum bahagia menatap laut, matahari dan peselancar.

“Maryam,” pekikku senang.

Dia menatapku dan tersenyum, “Hai kakak, kamu menemukanku juga.”

Ada banyak pertanyaan didalam benakku dan ingin kutanyakan padanya, tetapi aku urungkan niatku. Aku duduk disebelahnya dengan baju yang sudah basah, tak kupedulikan lagi pasir yang akan menempel pada bajuku. Apabila aku duduk bersamanya.

Aku dan Maryam memandang laut, matahari tengelam yang sempurna. Saat kami berdua melihat seorang berselancar berdiri di papan surfnya, sempurna menuju bibir pantai dan diiringin ombak yang menjulang tinggi. Namun pada saat tiba di bibir pantai hanya menjadi riakan kecil.

Aku tidak perlu mencari tahu alasan Maryam menghilang ke Bali, karena adikku sudah menjadi gadis remaja yang memiliki beragam persoalan yang dia tidak ingin aku tahu. Duduk bersamanya memandang matahari sambil mengenggam tangannya adalah pilihan sempurna. Setidaknya, Maryam telah ditemukan.***

Tulisan ini turut untuk meramaikan lomba  Blog #HilangnyaMaryam.

 

2 comments: